Jl. Kahuripan 7, SBY | Ruko Sutera Niaga I/66, Serpong - TGR
blog img

Salah satu pertanyaan yang paling sering muncul dari orang tua yang peduli akan tumbuh kembang anaknya adalah: “Apakah anak yang bertubuh kurus memang lebih cepat tinggi dibandingkan anak yang lebih berisi?” Pertanyaan ini sering terdengar di ruang tunggu klinik kami, terutama dari para orang tua yang merasa anaknya terlalu gemuk atau sebaliknya, terlalu kurus tapi tidak kunjung tinggi.

Lalu, sebenarnya ini mitos atau fakta? Yuk kita bahas lebih dalam berdasarkan data medis dan logika pertumbuhan tulang.

Mitos 1: “Anak kurus lebih cepat tinggi karena badannya ringan”

Ini adalah salah satu mitos yang paling sering dipercaya. Banyak yang berpikir bahwa karena tubuhnya ringan, maka anak lebih mudah “melonjak” tumbuh tinggi. Padahal faktanya, proses pertumbuhan tinggi badan tidak ada kaitannya dengan berat badan yang ringan, tetapi lebih kepada bagaimana tulang panjang anak distimulasi dengan tepat dan didukung oleh asupan gizi yang seimbang.

Anak yang terlalu kurus justru bisa mengalami kekurangan zat gizi penting seperti protein, kalsium, zinc, dan vitamin D, yang semuanya sangat berperan dalam membangun jaringan tulang dan memperpanjang tulang panjang seperti femur dan tibia.

📌 Studi dari American Academy of Pediatrics menunjukkan bahwa anak dengan defisit energi (asupan kalori terlalu rendah) cenderung memiliki aktivitas hormon pertumbuhan (IGF-1) yang rendah, sehingga pertumbuhan tinggi badannya ikut terhambat.

Mitos 2: “Anak gemuk sulit tinggi karena berat badannya menekan tulang”

Sebaliknya, ada juga orang tua yang takut jika anaknya terlalu gemuk, maka tinggi badannya tidak akan berkembang. Memang betul, kelebihan berat badan bisa berdampak pada pertumbuhan, tapi bukan karena “menekan” tulang seperti yang dibayangkan.

Anak yang obesitas memiliki risiko ketidakseimbangan hormon, khususnya leptin dan insulin, yang bisa menghambat pelepasan hormon pertumbuhan (GH). Selain itu, lemak berlebih juga bisa mempercepat pematangan tulang, yang berarti lempeng pertumbuhan (growth plate) akan menutup lebih cepat dari waktunya. Ini membuat anak terlihat tinggi di awal, tapi berhenti tumbuh lebih cepat dibandingkan teman-teman seusianya.

📌 Sumber: The Endocrine Society – Anak dengan obesitas sedang hingga berat cenderung mengalami advanced bone age (usia tulang lebih tua dari usia sebenarnya), dan itu mempercepat berakhirnya masa pertumbuhan tinggi.

Mitos 3: “Genetik lebih menentukan daripada kurus atau gemuk”

Pernyataan ini hanya sebagian benar. Memang benar bahwa genetik menyumbang sekitar 60–80% terhadap potensi tinggi badan anak. Namun sisa 20–40% lainnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan, pola hidup, dan status gizi. Jadi, anak dari orang tua bertubuh pendek tetap punya peluang tumbuh tinggi jika faktor luar seperti nutrisi, olahraga, dan tidur terjaga optimal.

Anak yang terlalu kurus ataupun terlalu gemuk sama-sama berisiko mengalami gangguan pertumbuhan, karena tidak berada pada status gizi ideal.

📌 WHO mencatat bahwa anak dengan BMI (Body Mass Index) normal sesuai usia menunjukkan grafik pertumbuhan tinggi yang lebih stabil dan optimal dibandingkan anak dengan berat badan tidak seimbang.

Jadi, Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua?

Alih-alih fokus pada “kurus” atau “gemuk”, orang tua sebaiknya memantau apakah anak memiliki:

  • Asupan makanan yang kaya protein, kalsium, dan vitamin D
  • Aktivitas fisik yang cukup, seperti olahraga 3–5x seminggu
  • Tidur berkualitas setidaknya 9–10 jam per malam
  • Konsistensi pertumbuhan (pantau tinggi badan tiap 3–6 bulan)
  • Postur tubuh yang baik, terutama saat duduk atau beraktivitas

Jika pertumbuhan tinggi terlihat stagnan, terutama di usia emas (8–15 tahun), maka penting untuk segera konsultasi. Bisa jadi ada masalah pada lempeng pertumbuhan yang membutuhkan penanganan sejak dini.

Solusi Terpadu dari Klinik Kami

Di klinik kami, tersedia program Terapi Pertumbuhan yang dirancang untuk membantu anak mengoptimalkan tinggi badan secara alami. Dengan pendekatan kombinasi terapi fisik, pemantauan nutrisi, latihan khusus untuk stimulasi tulang, hingga evaluasi X-ray bila dibutuhkan, anak bisa mendapatkan peluang maksimal untuk bertumbuh lebih tinggi sesuai potensi tubuhnya.

Kesimpulan

Jadi, apakah anak kurus otomatis akan lebih cepat tinggi? Jawabannya: tidak selalu. Pertumbuhan tinggi badan anak adalah hasil dari kombinasi banyak faktor—genetik, hormonal, nutrisi, aktivitas fisik, dan kualitas tidur. Pastikan anak berada pada status gizi yang sehat, bukan sekadar kurus atau gemuk. Dengan begitu, peluang tumbuh tinggi pun bisa dicapai secara optimal dan sehat.

Leave a Reply