
Saat anak atau remaja didiagnosis mengalami skoliosis, derajat kelengkungan tulang belakang menjadi salah satu faktor penentu penanganannya. Skoliosis dengan kurva di bawah 20° umumnya dianggap ringan, sementara kelengkungan antara 20–40° masuk kategori sedang. Namun jika kelengkungan melebihi 40°, kondisi ini sudah masuk tahap berat dan berpotensi menimbulkan berbagai dampak serius, baik secara fisik maupun psikologis. Artikel ini akan membahas apa yang bisa terjadi jika skoliosis berkembang hingga derajat yang lebih berat.
Apa yang Terjadi Saat Derajat Skoliosis Melebihi 40°?
Ketika skoliosis sudah mencapai lebih dari 40°, kelengkungan tulang belakang biasanya sudah tampak jelas secara kasat mata. Pada tahap ini biasanya terlihat perbedaan tinggi bahu, tonjolan tulang belikat yang mencolok di satu sisi, atau bahkan posisi pinggul yang tidak sejajar bisa terlihat dengan kasat mata. Pada tahap ini, skoliosis bukan hanya memengaruhi penampilan, tetapi juga mulai menimbulkan ketidaknyamanan dan masalah fungsional lainnya.
Beberapa gejala umum yang sering muncul antara lain:
- Nyeri punggung yang semakin sering terasa, terutama setelah aktivitas fisik.
- Kelelahan otot tubuh karena kita terus berusaha menyeimbangkan postur yang tidak simetris.
- Gangguan mobilitas cara berjalan dan keseimbangan tubuh.
Risiko terhadap Fungsi Organ Dalam
Skoliosis di tahap berat yang mengenai tulang belakang bagian atas (torakal) dapat menekan rongga dada dan berdampak pada fungsi paru-paru. Jika Anak kita mengalami hal ini, ia bisa mulai mengalami sesak napas saat berolahraga atau bahkan hanya ketika beraktivitas ringan. Jika dibiarkan, tekanan ini juga bisa mengganggu fungsi jantung, menyebabkan kelelahan kronis, dan menurunkan stamina anak secara keseluruhan.
Skoliosis di atas 40° juga dapat memengaruhi bentuk dan fleksibilitas tulang belakang secara menyeluruh. Hal ini membuat anak lebih rentan mengalami cedera, nyeri punggung berkepanjangan, hingga keterbatasan gerak di masa depan.
Dampak Psikologis dan Sosial pada Anak dan Remaja
Selain dari permasalahan yang diakibatkan dari aspek fisik, hal yang juga dapat mengganggu anak skoliosis di tahap ini tidak lain adalah dampak psikologis yang dirasakan. Seringkali perubahan bentuk tubuh berdampak pada menurunnya rasa percaya diri, terutama di masa remaja yang sangat sensitif terhadap penampilan.
Beberapa dampak psikologis yang sering muncul antara lain:
- Anak merasa malu saat mengenakan pakaian tertentu karena bentuk punggung yang tidak simetris.
- Rasa minder saat berada di lingkungan sosial, terutama jika ada teman yang memperhatikan atau mengomentari bentuk tubuhnya.
- Dalam kasus yang lebih serius, anak bisa menarik diri dari aktivitas sosial dan mengalami gangguan emosional.
Bagaimana Skoliosis Bisa Mencapai Derajat Ini?
Skoliosis terutama Idipatik tidak langsung serta-merta menjadi berat. Banyak dari kasus skoliosis berat yang dialami anak-anak atau remaja terjadi berkembang secara perlahan selama masa pertumbuhan anak. Jika skoliosis ringan tidak ditangani sejak awal, terlebih saat anak memasuki masa pubertas, derajat kelengkungan bisa meningkat dengan cepat.
Faktor yang mempercepat perkembangan skoliosis antara lain:
- Pertumbuhan tulang belakang yang sangat cepat dalam waktu singkat.
- Tidak adanya intervensi seperti terapi atau brace sejak skoliosis masih ringan.
- Orang tua cenderung tidak memperhatikan postur tubuh anak secara rutin.
Apakah Harus Operasi Jika Sudah >40°?
Tindakan operasi skoliosis dengan kelengkungan di atas 40° sering kali menjadi pertimbangan, terutama jika kurva masih aktif berkembang. Namun keputusan operasi tidak serta-merta diberikan. Dokter akan melihat banyak faktor, seperti usia anak, tingkat pertumbuhan tulang, tingkat keluhan nyeri, dan dampaknya terhadap fungsi tubuh.
Beberapa hal yang biasanya terjadi pada tahap ini:
- Brace (penyangga punggung) sudah kurang efektif karena kelengkungan terlalu besar.
- Terapi fisik masih dapat dilakukan, tapi lebih ke arah menjaga fungsi organ saat beraktivitas dan mengurangi rasa nyeri
- Operasi seperti spinal fusion bisa menjadi opsi jika skoliosis terus bertambah parah atau sudah memengaruhi fungsi organ.
Pentingnya Deteksi dan Penanganan Dini
Satu hal yang perlu diingat adalah: skoliosis bisa dikontrol agar tidak semakin parah jika dideteksi sejak dini. Pemeriksaan postur tubuh secara berkala, terutama saat anak berusia 9–13 tahun, sangat disarankan. Jika ditemukan kelainan ringan, langkah seperti terapi postur, latihan spesifik, hingga penggunaan brace bisa mencegah kondisi berkembang ke arah yang lebih berat.
Kesimpulan
Skoliosis dengan derajat lebih dari 40° bukan hanya soal kelengkungan tulang belakang, tapi juga terkait kelanjutan hidup anak kedepannya. Skoliosis di tahap ini berisiko mengganggu fungsi paru-paru, jantung, serta berdampak pada kesehatan mental anak. Oleh karena itu, peran orang tua sangat penting untuk mengamati perubahan postur anak sejak dini.