
Pernah mengalami nyeri di bokong yang menjalar ke paha atau kaki, disertai rasa kesemutan atau kebas? Banyak yang mengira itu adalah terjadi karena saraf kejepit di tulang belakang (hernia nukleus pulposus/HNP). Padahal, kondisi tersebut juga bisa disebabkan oleh Piriformis Syndrome. Apa sebenarnya yang membedakan keduanya, dan bagaimana cara mengatasinya? Yuk, simak penjelasan berikut ini!
Apa Itu Piriformis Syndrome?
Sindrom piriformis adalah neuropati perifer kompresi muskulus piriformis pada nervus iskiadikus. Kelainan ini banyak ditemukan pada wanita
dan cenderung luput dari diagnosis karena banyak juga penyakit dengan gejala yang sama. Ini terjadi ketika kondisi otot piriformis—otot kecil yang terletak di bagian dalam bokong—menekan saraf skiatik. Saraf skiatik sendiri adalah saraf terpanjang di tubuh manusia yang memanjang dari punggung bawah, melalui bokong, hingga ke kaki.
Piriformis yang tegang atau meradang dapat menekan saraf ini, menyebabkan sensasi nyeri, kesemutan, atau kebas yang mirip dengan saraf kejepit di tulang belakang. Karena itu, Piriformis Syndrome sering disebut sebagai “penyakit kembaran” dari HNP, walaupun penyebabnya berbeda.
Gejala Piriformis Syndrome
Berikut adalah beberapa gejala umum yang sering dirasakan penderita Piriformis Syndrome:
- Nyeri di bokong (biasanya satu sisi).
- Nyeri menjalar ke paha belakang hingga betis.
- Kesemutan atau kebas di sepanjang jalur saraf skiatik.
- Rasa nyeri bertambah saat duduk lama, naik tangga, atau berlari.
- Kadang nyeri hilang saat berdiri atau berbaring miring.
Gejala-gejala ini bisa muncul perlahan, atau tiba-tiba setelah aktivitas fisik yang berat.
Bedan Piriformis Syndrome dengan HNP
Banyak orang sering keliru, memang gejalanya mirip, tetapi Piriformis Syndrome dan HNP memiliki perbedaan mendasar:
-HNP: terjadi karema bantalan tulang belakang (diskus) yang menonjol dan menekan saraf skiatik di tulang belakang. Biasanya disertai nyeri punggung bawah.
– Piriformis Syndrome: Tekanan langsung dari otot piriformis yang tegang atau cedera, bukan dari diskus. Punggung bawah sering kali tidak terasa nyeri.
Menurut studi yang dipublikasikan di Journal of Orthopaedic & Sports Physical Therapy (Boyajian-O’Neill et al., 2008), Piriformis Syndrome menyumbang sekitar 6–8% dari semua kasus nyeri punggung bawah yang menjalar ke kaki. Ini menunjukkan betapa seringnya kondisi ini luput dari perhatian.
Penyebab dan Faktor Risiko
Beberapa hal yang bisa meningkatkan risiko Piriformis Syndrome, di antaranya:
- Postur tubuh yang salah: Duduk terlalu lama atau terlalu banyak membungkuk.
- Aktivitas yang memaksa tulang belakangberulang: Lari jarak jauh, bersepeda, atau aktivitas yang menekankan otot bokong.
- Cedera langsung: Terjadi di dbeberapa bagian tubuh
- Kelainan anatomi: Ada orang yang otot piriformisnya lebih besar atau memiliki jalur saraf skiatik yang berbeda.
Penanganan dan Pencegahan Piriformis Syndrome
Kabar baiknya, banyak dari kasus Piriformis Syndrome bisa diatasi tanpa operasi. Berikut beberapa tips penanganannya:
– Terapi Konservatif
- Peregangan otot piriformis: Misalnya piriformis stretch (posisi miring sambil menekuk lutut ke arah dada).
- Fisioterapi manual: Memijat dan melepaskan ketegangan otot piriformis.
- Kompres hangat atau dingin untuk meredakan inflamasi.
-Modifikasi Aktivitas
- Hindari duduk lama tanpa jeda.
- Perbaiki postur duduk (gunakan bantal penyangga jika perlu).
- Perbanyak jalan kaki ringan agar sirkulasi darah ke bokong lancar.
– Latihan Penguatan Otot
- Fokus pada otot inti (core) dan bokong agar tulang belakang stabil.
-Kapan Harus ke Dokter?
Jika nyeri makin parah, muncul kelumpuhan, atau mati rasa yang menetap di kaki.
I am text block. Click edit button to change this text. Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.